Selasa, 18 Desember 2012

Migrasi ke Bumi Sriwijaya

Akhirnya berakhir petualangan motor gw, The Cat, di Sai Bumi Ruwa Jurai Lampung dan dimulailah petualangan baru di Bumi Sriwijaya Palembang! Lho kok begitu? Iya, namanya gw masih kuli yang masih punya mandor.. Terpaksa ngikut kata mandor juga lah.. Kebetulan disuruh pindah ke Palembang baru-baru ini.. Jadilah terpaksa gw mengakhiri jejak gw selama 4 tahun di Lampung, daerah yang terkenal dengan gajahnya ini dan mulai proyek baru lagi di kota pempek.. Eh gimana kalo Lampung dan Palembang digabung ya? Makanan khasnya mungkin pempek gajah.

Berhubung barang bawaan gw banyak, ga mungkin gw nunggangin motor gw dari Lampung sampai Palembang.. Kebetulan sih dapet mobil dinas yang bisa bantu anter-anter. Pas banget nih.. Ga usah bayar kargo buat ngirim motor.. Ini foto motor gw waktu dimasukin ke mobil Avanza punya kantor. Kaget juga ternyata muat dengan gampangnya. Cuma perlu ngendorin baut pemegang setang supaya setangnya bisa ditidurin dikit dan supirnya terpaksa duduk di tempat ban serep di belakang. Jangan lupa setirnya dipindah ke belakang juga ya.


Agak sedih sih ninggalin Bandar Lampung.. Selama 4 tahun di sana, gw udah punya banyak kenalan bengkel.. mulai dari bengkel motor sampai bubut. Bisa dibilang motor gw ga akan kayak sekarang kalau gw ga kenal bengkel-bengkel tersebut. Yah.. tapi apa boleh buat. Sepertinya gw harus merintis lagi cari bengkel-bengkel yang oke di daerah Palembang.. Mungkin ada wong kito yang bisa bantu kasih referensi bengkel yang oke? Bengkel ngoprek motor, bengkel bubut dan lain-lain.. Tidak harus besar.. yang penting sehati dalam urusan semangat modif dan ga takut dikasih tantangan dan senang bereksperimen..

Oh iya, berhubung di Palembang ini gw bakal sibuk banget.. Rasanya urusan modif akan agak berkurang.. apalagi gw juga belum ada kenalan bengkel yang asik di sini. Jadi sori ya kalau update blognya agak jarang..

edit:
Gw bikin postingan ini harapannya sih ada bikers-bikers Palembang yang ngasih komentar dan ngasih petunjuk bengkel-bengkel motor yang asik.. Buat yang mau ngajak kenalan juga, PAYO!

Jumat, 07 Desember 2012

Analisis Data Log MegaSquirt

Tanya:
"Apakah turbo RHB32 terlalu besar untuk mesin Tiger gw yang 200cc? Perlukah diganti dengan RHB31 yang lebih kecil?"

Jawab: 
"Semua tergantung dari target boost, horsepower, target RPM untuk mulai boost dan banyak variabel lainnya"

Penjabaran:
Dari file datalog aplikasi Shadow Dash MS untuk mesin Tiger gw yang sudah aktif turbonya, ini sebagian kecil hasil capture-nya setelah filenya dibuka dengan aplikasi Excel di PC.


Bisa dilihat di atas bahwa data log berisikan seluruh parameter yang mempengaruhi kinerja mesin. Kalau sudah tahu begini, data log bisa menjadi alat yang cukup powerful untuk analisis kinerja mesin dan efektifitas dari hasil tuning kita. Untuk judul-judul kolom yang ada di atas, berikut keterangannya:
- Time: berfungsi sebagai time stamp alias untuk patokan waktu dari data log
- SecL: sama aja dengan Time.. intinya untuk memudahkan kita melihat kapan suatu kejadian terjadi dari sebuah data log
- RPM/100 adalah besarnya RPM mesin dibagi 100. Kok dibagi 100? Supaya mempermudah kita karena biasanya kita tidak perlu tahu RPM mesin secara presisi. Contohnya, pentingkah untuk tahu apakah mesin sedang langsam di 920 atau 930 RPM? Ga terlalu penting kan? Yang penting mesin bisa langsam di sekitar 900 RPM sudah cukup. 920 ataupun 930, kalau dibagi dengan 100, hasilnya tetap 9 kan?
- MAP atau Manifold Absolute Pressure adalah nilai tekanan udara di dalam intake dengan satuan kPa.
- TP atau Throttle Position adalah besaran bukaan derajat skep gas.
- O2 adalah hasil pembacaan dari output sensor oksigen yang menunjukkan seberapa rasio campuran bensin dan udara yang diinjeksikan ke mesin (Air to Fuel Ratio atau AFR)
- MAT atau Manifold Air Temperature adalah suhu udara di dalam intake dalam Celcius
- CLT atau Coolant Temperature adalah suhu cairan pendingin. Kalau kasus gw adalah suhu oli mesin karena Tiger gw ga ada radiator.
- Engine Bits adalah status mesin saat ini. Contohnya bit 1 berarti mesin sedang berputar normal. Contoh lain bit 17 berarti sedang dalam kondisi akselerasi, bit 33 berarti sedang dalam kondisi deselerasi (angkat gas). Gunanya untuk memastikan kita tidak menganalisa dalam kondisi mesin yang salah. Misalnya kita mau analisis AFR saat sedang akselerasi. Kita harus memastikan kita hanya menganalisis AFR tersebut saat engine bitnya menunjukkan nilai 17.
- dan masih banyak parameter lain dari data log ini yang kalau dijelasin satu-satu bisa bikin kerjaan utama gw ga kelar-kelar..

Dari data log di atas, gw bikin grafik sebagai berikut pakai Pivot Chart Excel khusus untuk parameter RPM/100 dan MAP aja.. Kenapa? Karena gw cuma pengen analisis boost turbo aja..


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di sini:
Pertama, gw sempat mematikan mesinnya supaya bisa tahu nilai tekanan atmosfir lingkungan. Cek di bagian kiri grafiknya saat RPM = 0 (grafik garis merah menunjukkan nilai nol). Bisa terlihat bahwa bacaan MAP stabil di 99 kPa (grafik garis biru). Nilai tersebut adalah tekanan atmosfir lingkungan.
Kedua, ternyata turbo gw sudah sukses bisa ngeboost. Tahu dari mana? Cari garis grafik MAP yang nilainya di atas tekanan atmosfir lingkungan yang 99 kPa. Kita sudah tahu bahwa nilai bacaan MAP tidak mungkin lebih tinggi dari  atmosfir kecuali turbonya sedang ngeboost. Ada ga garis grafik MAP gw yang nilainya di atas 99 kPa? Ada kan? berarti turbonya sukses ngeboost..
Ketiga, ternyata turbo gw mulai ngeboost di sekitar 5500 RPM. Cek bacaan MAP saat mulai melebihi 99 kPa, tarik garis lurus ke bawah dan cek nilai RPM mesinnya, sekitar 5500 RPM kan?

Kalau bicara apakah turbo gw sudah berfungsi, jawabannya sudah.. Masalahnya, apakah berfungsi dengan efisien? Coba cek lagi grafik di atas.. Nilai MAP saat RPM gw hampir 8000 RPM hanya sekitar 115 kPa atau dengan kata lain turbo gw baru ngeboost sekitar 0.15 Bar. Gw ragu apakah turbonya bisa mencapai 150 kPa atau 0.5 Bar walaupun putaran mesinnya gw naikin sampai 10000 RPM alias red line untuk mesin standar Tiger. Kasus ini namanya turbo lag yang terlalu besar.. Apa obatnya? Sebelum mengklaim bahwa turbo yang gw pakai terlalu besar (cek pertanyaan awal di posting gw ini), gw perlu pastikan dulu bahwa memang tidak ada masalah di sistem turbo gw. Turbo lag bisa dikurangi asal memang tidak ada boost leak alias kebocoran udara di salah satu jalur turbo dan jalur knalpotnya benar-benar bebas hambatan. Jadi.. PR gw berikutnya adalah ngecek apakah ada boost leak. Kalau tidak ada leak, gw akan coba untuk ngelepas knalpot gw seluruhnya supaya memastikan gas buangnya lebih plong.. Kalau lagnya berkurang, berarti knalpot gw terlalu restriktif alias terlalu menghambat. Kalau turbo lag-nya masih terlalu besar walaupun sudah lepas knalpot, berarti RHB32 memang terlalu besar untuk mesin Tiger gw..

Ini cuma contoh seberapa hebatnya data log. Kita bisa mencari anomali atau keanehan kinerja mesin dari situ. Semuanya cuma tergantung dari daya analisis dan imajinasi kita. Makanya, kalau disuruh pilih antara sistem injeksi atau karbu, gw pasti pilih injeksi terutama standalone yang bisa data log. Kenapa? Karena bakal lebih mudah untuk troubleshooting di mesin yang data pendukungnya lengkap..

Kamis, 06 Desember 2012

Licin dan Hangat

Sori ya.. gw lagi males ngarang bebas.. Lagian udah jelas kok dari gambarnya. Tanpa banyak cincong, pantengin dah oil cooler baru si macan.. Jalur olinya: blok kopling ---> oil cooler ---> turbo ---> karter. Sengaja masuknya dari bawah dan keluar di atas supaya meminimalisir gelembung udara di dalam oil coolernya dan pendinginannya optimal.





Senin, 03 Desember 2012

Turbo Part 3: Upgrade Sensor

Salah satu bagian penting yang bikin gw ga bisa begitu aja ngeboost mesin gw adalah di bagian ECU-nya sendiri, terutama di sensor Manifold Absolute Pressure (MAP). Buat yang ngikutin post gw yang ini, bakal paham kalau Vixion sudah punya MAP sensor bawaan di dalam modul MAQSnya. Kalau Yamaha sih nyebutnya IAPS alias Intake Air Pressure Sensor. Output MAP sensor Vixion adalah 20 - 101.32 kPa. Dari range output ini udah jelas kalau sensor bawaan Vixion ini tidak bisa membaca boost. Contohnya kalau kita bicara turbo yang ngeboost 0.5 Bar berarti tekanan di dalam manifoldnya naik menjadi sekitar 150 kPa, jelas kan angka ini jauh di atas range output MAP sensor Vixion?

Tekanan udara di dalam intake adalah salah satu parameter utama untuk menentukan jumlah bensin yang diinjeksikan. Untuk gampangnya, coba liat contoh Fuel Map di ECU Megasquirt yang disebut VE Table.

Biasanya saat langsam, tekanan udara di dalam intake berkisar 20-30 kPa (tergantung mesin sih, tapi kita ambil contoh aja ya..). Kalau langsamnya di sekitar 800 RPM, kita cek di VE Table saat tekanan intake 25 kP amaka nilai VE-nya adalah 13%. Nilai VE ini adalah patokan atau acuan waktu injeksi yang kita tentukan dulu di awal, misalnya kita set VE 100% = 10milisekon (ms). Jangan lupa, semakin lama waktu buka injektor, semakin banyak bensin yang disemprot ke mesin. Mengacu pada contoh di atas, berarti waktu buka injector saat langsam adalah 13% x 10ms = 1.3 ms.

Katakanlah kemudian kita jalankan mesinnya dengan kecepatan sedang hingga tekanan udara di intake naik ke 60 kPa dengan putaran mesin sekitar 3000 RPM. Dari tabel yang sama, nilai VE acuannya menjadi 69%. Hal ini berarti waktu buka injector menjadi 69% x 10ms = 6.9 ms. Jelas kan kenapa konsumsi bensin paling irit adalah saat langsam? Sebenernya yang paling irit sih saat putaran mesin 0 RPM alias dimatiin..

VE Table di atas juga nunjukin kalau mesin yang dipakai adalah non-turbo alias NA. Kenapa? Lihat nilai kPa max-nya di kolom kiri yang mentok di 100 kPa. Sudah gw sebut di atas, tekanan turbo 0.5 Bar aja berarti nilainya berkisar 150 kPa, jauh di atas 100 kPa. Mudah2an cukup jelas ya penjelasan gw kenapa MAP sensor Vixion ga bisa dipakai untuk turbo?

Solusi satu-satunya supaya ECU gw bisa ngebaca tekanan turbo adalah ganti MAP sensor. Kebetulan gw masih nyimpen MAP sensor bawaan Megasquirt yang tipe MPX4250. MAP sensor ini bisa membaca tekanan turbo hingga maksimal 2.5 Bar atau 350 kPa. Gw sendiri cuma berencana ngeboost sesuai actuator wastegate standar yang palingan cuma 0.5 Bar.. Jadi udah cukup tuh MPX4250 untuk aplikasi gw.

Proses ubahannya simpel, nyadap jalur MAP sensor aslinya dan digantikan dengan MPX4250.. Kira-kira gini ilustrasinya..

Ada tiga kabel yang perlu "dirusak" yaitu warna Biru (L), Pink/Putih (P/W) dan Hitam/Biru (B/L). Biru adalah tegangan 5V untuk acuan sensor, Pink/Putih adalah kabel output MAP sensor bawaan Vixion dan Hitam/Biru adalah ground sensor. Biru dan Hitam/Biru perlu dicabang untuk suplai ke MPX4250 sedangkan Pink/Putih perlu diputus untuk dialihkan ke output MPX4250. Berikut gambar-gambar prosesnya..

Pertama, si MPX4250 gw solder ke jack stereo 3.5mm..


Soket female pasangannya gw sambungin ke kabel sensor asli sesuai ilustrasi di atas.

Rapihin dan tutup pakai isolasi hitam, colokin si MPX4250 trus sambungin selang vakum dari intake ke MAP sensornya.

Selanjutnya masalah ngubah settingan ECU. Berhubung gw sebelumnya pakai Alpha-N (yang berarti waktu injeksi cuma ditentuin oleh derajat bukaan skep), sekarang gw harus pakai Hybrid Alpha-N (yang berarti waktu injeksi ditentuin oleh derajat bukaan skep DAN tekanan intake). Akibatnya, fuel map gw harus dituning ulang..

Berhubung sekarang ECU gw udah bisa ngebaca boost turbo, gw pede bisa nyambungin charge pipe turbonya ke throttle body tanpa khawatir ECUnya error di tengah jalan. Cuma modal permisi sama om Maman buat ngobrak-abrik bengkelnya nyari selang radiator bekas untuk karet sambungan dan klem 2 biji.. Jadi sekarang gw udah ngeboost mesin gw meskipun belum berani RPM tinggi karena takut injectornya tekor.


Tugas gw berikutnya tinggal upgrade injector dan pasang blow off valve supaya ada suara cuss-nya.. Gw udah tanya-tanya tapi sepertinya lagi abis stok. Yg gw cari injector MAXTREME warna Pink yang 12 lubang. Setau gw tipe ini flow ratenya paling besar, 50% lebih besar dari flowrate injector Vixion yang katanya 125 cc/menit. Kalau ada yang punya, kabarin gw ya..

Eh iya, satu lagi.. Dapat bonus dari om Maman buat kerjaan bikin wiring Jimny.. Nih dikasih Pivot Turbo Timer ama dia.. Haha lumayan. Ternyata dia tertarik juga liat motor turbo gw.. Kondisi si turbo timer perlu gw servis sih tapi mudah2an bisa gw hidupin deh.



Sabtu, 01 Desember 2012

Kerja Sesuai Hobi

Mimpi gw adalah bisa kerja sesuai hobi; gw ngerjain sesuatu yang jadi hobi gw dan ngedapetin bayaran dari situ. Berhubung rasanya susah nyari orang yang mau bayar gw tidur siang, sepertinya gw harus mengandalkan hobi yang satu lagi yaitu otomotif. Untuk saat ini sepertinya itu masih cuma sekedar angan-angan karena gw masih terjebak dalam rutinitas pekerjaan gw sekarang tapi beberapa hari lalu gw sempat mengecap sedikit nikmatnya mimpi gw ini. Eh.. sebelumnya, sori ya.. Postingan ini ga berbau roda dua. Gw sebenernya cuma pengen cerita kenapa kok Tiger gw ga ada kemajuan.. Alasannya ya bakal dibeberin di bawah ini..

Dari beberapa kali jadi pecandu bengkel bubut di daerah Rajabasa Lampung, gw sempat kenalan sama mas Gatot dan om Maman di sana beberapa bulan lalu. Mereka berdua hobinya maen jip offroad. Jangan heran, di Lampung ini kayaknya yang rame justru offroad. Menyesuaikan medan kali ya? Waktu di tukang bubut kayaknya mas Gatot lagi ngoprek gardan Jimnynya. Pas kebetulan lagi bawa mobil Charmant gw, dia ngeliat mesin gw trus wow sambil bilang "koprol!" saking kagumnya. Dari situ dia tau gw bisa ngerjain wiring mesin injeksi.

Bulan kemarin, pas lagi asik-asiknya ngoprek si Tiger, dapet telpon dari mas Gatot dan ditawarin kerjaan. Wih.. kerjaan apaan tuh? Gw disuruh ke bengkelnya om Maman (gw baru tahu om Maman punya bengkel pas waktu ini) dan disuruh melototin mie yamien kecap kusut ini..

Mie yamien ini dapet bonus bakso urat gede banget.. Nih baksonya..

Jadi intinya om Maman lagi ngeswap mesin Jimny pelanggannya dengan G15A (atau G15B ya? Pokoknya mesinnya distributorless 1500cc SOHC..). Gw diminta beresin kabelnya, ngebuangin yang ga perlu dan bikin wiringnya sampai mesinnya hidup. Wuih tantangan nih.. Gw ga pernah megang mesin Suzuki sebelumnya. Gw jadi tertarik pengen tahu bedanya di mana dengan 4A-GE yang di Charmant gw.

Gw ga langsung menyetujui tawarannya dan minta waktu semalem buat nyari literatur tentang mesin yang bakal diswap. Malemnya gw langsung buang-buang kuota internet untuk nyari manual dan skema wiring G15. Untung aja mesin ini termasuk populer dan emang sering dijadiin bahan swap. Gw nemu banyak dokumen PDF tentang mesin ini, salah satunya di sini. Link yang gw kasih barusan adalah bahan panduan swap G15B punya Baleno luar negeri ke Jimny Sierra. G15B kebetulan speknya mirip dengan mesin gw: pengapian sistem wasted-spark distributorless dengan MAP sensor, bukan AFM. PDF itu sih yang bikin gw pede mau nerima kerjaan ini. Akhirnya besoknya gw setuju buat bantuin bikin wiringnya. Sebenernya gw sempet nawarin untuk sekalian dipasang standalone Megasquirt aja.. tapi setelah ditimbang-timbang, kayaknya malah menggali kubur buat gw sendiri. Kenapa? Ga ada mesin dyno cuy di sini.. Gimana tuningnya? Akhirnya disepakati buat pakai ECU standarnya aja.

Gw bingung mau ngomong apa lagi.. Cerita tentang sensor-sensor di mesinnya aja kali ya? Gw paham sering kali orang udah ngeri duluan kalo ngomongin masalah mesin injeksi. Yang istilahnya sensor injeksi udah jadi momok yang bikin mamak jadi mumuk. Apaan sih.. Sebenernya injeksi itu ga sulit kok. Segala macam sensor-sensor itu dibuat untuk ngemudahin komputer mesin alias ECU untuk nentuin berapa banyak bensin yang diinjeksikan ke mesin dan berapa sudut pengapian yang diperluin.. Misalnya nih..

CKP adalah singkatan dari Crankshaft Position. Sensor ini fungsinya menentukan sudut putaran kruk as. Dari sensor ini, komputer bisa tahu kapan tiap silinder sedang berada dalam posisi TMA. Gunanya? Salah satu contohnya adalah untuk menentukan kapan koil harus memantik busi. Lucunya, sensor ini pada dasarnya sama aja dengan pulser di sepeda motor. Kalau sampai rusak dan ga nemu gantinya (atau kemahalan), coba aja diakalin pakai pulser motor. Cari pulser yang dudukannya enak dimodif, kayak punya Yamaha Crypton.

Kadang CKP sensor ditandem dengan CMP sensor seperti di mesin ini.

Dengan adanya CKP dan CMP alias Camshaft Position sensor, komputer juga bisa tahu fase langkah yang sedang dijalani oleh tiap-tiap silinder, entah itu hisap, kompresi, tenaga ataupun buang. Kalau sudah ada CMP sensor, biasanya sih mesinnya tipe injeksi sequential (alias synchronous). Apaan tuh? Sequential injection adalah sistem injeksi yang menyemprotkan tiap injektor secara sendiri-sendiri (tidak berbarengan) sesuai dengan posisi silindernya. Kalau hanya ada CKP tanpa CMP, tipe injeksinya tidak mungkin sequential. Kenapa? Karena komputer tidak punya cukup informasi untuk membaca langkah tiap silinder. Gampangnya, dengan hanya ada CKP, komputer cuma bisa tahu bahwa silinder 1 sedang mendekati posisi TMA.. tapi tidak tahu apakah pada langkah kompresi atau buang. Untuk tahu itu, butuh dibaca pada sudut putaran noken as alias lewat CMP. Ribet ya?

Di gambar di atas ada juga ECT yaitu Engine Coolant Temperature sensor. Dari namanya sudah jelas, fungsinya untuk membaca suhu air radiator. Ini yang jadi sensor utama buat komputer untuk memperkaya campuran bensin waktu start mesin dalam kondisi dingin. Inget dong yang namanya cuk alias choke karbu? Cuk itu kan fungsinya menghambat aliran udara sehingga campuran bensinnya lebih gemuk alias kaya. Hal ini mencegah mesin gampang mati waktu start pagi-pagi. Nah prinsipnya mirip dengan itu..

Mesin yang gw garap sistem pengapiannya distributorless dengan koil wasted spark. Lho kok tau? Cek lagi gambar di atas, bisa dilihat ada dua pasang koil. Kabel busi yang keluar dari koil pertama ngarah ke silinder 1 dan 4 sedangkan yang dari koil kedua ngarah ke silinder 2 dan 3. Kalau ECU mengirim sinyal picu ke koil pertama, busi di silinder 1 dan 4 akan hidup bersamaan. Lho kok begitu? Itu yang namanya wasted spark alias "percikan sia-sia". Piston di silinder 1 dan 4 kan gerak naik turunnya bersamaan, hanya saja kalau silinder 1 lagi langkah kompresi, silinder 4 berarti lagi langkah buang. Busi 1 dan 4 pun hidup bersamaan. Busi 1 akan membakar campuran bensin saat silinder 1 sedang kompresi dan busi 4 tidak akan membakar apa-apa karena isinya cuma gas buang alias terbuang alias sia-sia alias "wasted".

Udah bosen belum? Lanjut ya ke gambar di bawah ini..

Di bagian bawah ada ISC atau Idle Speed Controller. Bagian ini pada dasarnya mirip seperti solenoid idle up untuk AC mobil dan fungsinya untuk menjaga kestabilan langsam mesin. Di dalam ISC ada klep elektromagnet yang bukaannya diatur oleh ECU. Kebetulan untuk G15A yang gw pegang ini tipenya PWM alias Pulse Width Modulation. ISC tipe PWM bekerja dengan pulsa-pulsa pendek yang dikirim dari ECU. Semakin lebar pulsa yang dikirim ECU, klep ISCnya semakin terbuka lebar yang memungkinkan udara yang lewat lebih banyak dan efeknya akan menaikkan putaran langsam. Sebaliknya, semakin singkat pulsa yang dikirim, putaran langsam akan menurun. Prinsip kerjanya berbeda dengan Fast Idle Solenoid atau Idle Up Valve yang cuma sekedar buka saat on dan menutup saat off, tidak ada posisi setengah terbuka, seperempat menutup, dll.

Di atas ISC ada TP sensor atau Throttle Position Sensor (TPS) yang tugasnya membaca sudut bukaan skep gas. Keluaran TPS menjadi salah satu patokan bagi ECU untuk menentukan banyaknya bensin yang diinjeksikan. TPS pada dasarnya adalah potensiometer (variabel resistor) yang tersambung ke koin skep. Yang dibaca oleh ECU adalah keluaran pembagi tegangan si potensiometer.

Pada gambar di atas terlihat braket dudukan MAP Sensor atau Manifold Absolute Pressure sensor. Sensornya ke mana? Masih nempel di wiringnya, lupa difoto euy.. MAP sensor fungsinya membaca tekanan udara di dalam intake manifold yang menjadi parameter utama tingkat beban mesin. Mesin yang beban kerjanya rendah (low load) akan punya tekanan vakum yang tinggi, seperti di saat langsam sedangkan mesin yang sedang bekerja berat (high load), tekanan manifoldnya akan semakin mendekati tekanan atmosfer (menjauhi vakum). Tekanan ini berkaitan langsung dengan banyaknya bensin yang diinjeksikan juga. Pokoknya ada kaitan dengan formula jaman SMA yang P.V = n.R.T buat yang inget.. Sori ya ga gw jelasin panjang lebar.. Bisa jadi skripsi nih postingan ini kalo diterusin. Oh iya, sedikit saran nih.. Kalo beli mesin bekas, usahain jangan yang pake Air Flow Meter alias AFM ya. Cari yang pake MAP Sensor aja.. Lebih handal dan jarang rusak karena ga ada gerakan mekanisnya.

Selain MAP, terlihat juga ada EVAP Purge Valve. Ini bagian dari sistem emisi kendaraan yang intinya mencegah uap bensin dari tangki bensin terlepas ke udara bebas. Mobil offroad masa mikirin emisi?! Makanya EVAP Purge Valve ini gw buang dan jalur vakumnya gw sumbat.

Gambar sensor terakhir nih, janji deh..

Yang di atas itu namanya sensor O2 alias Oksigen. Fungsinya membaca kadar gas oksigen di dalam asap buang mesin. Teorinya sih kalau campuran bensin terlalu irit, ga semua oksigen yang masuk ke silinder bakal terbakar jadi masih ada yang lolos ke knalpot. Semakin banyak oksigen yang tidak terbakar berarti campuran bensinnya menjadi terlalu kering alias irit. Campuran yang terlalu kering pada dasarnya ga bagus mesin karena bakal bikin rentan ngelitik dan panas. Output dari si O2 sensor jadi masukan juga buat ECU untuk menentukan jumlah bensin yang diinjeksikan. Kalau terdeteksi campurannya terlalu kering, ECU bakal buru-buru memerintahkan injektor untuk menambahkan jumlah bensin yang disemprot.

Proses kerja gw bikin wiringnya mirip waktu bikin wiring EFI untuk si Tiger. Gw comotin seluruh konektor-konektor sensor yang diperluin dan gw colokin ke sensor-sensornya. Setelah itu kabelnya gw rapihin dan diikat jadi satu, kalau kepanjangan gw potong dan kalau kependekan gw potong juga. Hahaha.. ga deng, makin pendek dong. Kalo kependekan disambung lah.. Contohnya kayak gambar di bawah ini..

Bisa terlihat kabelnya gw kumpulin jadi satu dan gw urai. Berhubung ini mobil offroad yang bakal rajin berkubang di lumpur, ECUnya ditaruh di atap tengah supaya ga gampang kerendam. Kelihatan kan kalau kabelnya kurang pendek? Hampir semua kabel perlu gw panjangin supaya bisa mencapai ECUnya yang di atap.


Nih gambar posisi ECU-nya..

Relay-relaynya ditaruh di bawah dasbor kiri, di atas kaki navigatornya.

Gambar-gambar di atas gw ambil waktu baru kelar bikin wiringnya, jadi kabel-kabelnya masih seliweran belum dibungkus spiral. Sengaja karena gw perlu coba starter mesinnya dulu sebelum gw rapihin. Lumayan menegangkan juga sih pas mau coba hidupin mesinnya.. Rasanya beda dibandingin waktu ngoprek mesin gw sendiri soalnya kalau sampe ECU kebakar, ganti dooong. Hehe.. tapi sepertinya gw beruntung..

Di video di atas sempat ada masalah langsamnya terlalu tinggi tapi setelah ISC-nya dibongkar dan disemprot cairan pembersih sampai ga seret, langsamnya langsung normal. Namanya juga mesin bekas..

Buat yang penasaran bentuk Jimnynya, monggo.. Sangar ya? Radiatornya mana? Di belakang..

Total waktu gw untuk ngerjain mobil ini adalah seminggu, itupun gw sambi dengan kerjaan utama gw. Untung aja bengkelnya biasa kerja ampe malam jadi masalah penerangan cukup memadai untuk ngelembur. Nikmat bener ditimpuk duit segepok dari ngerjain hobi gw.. Akhir jelas ya guys kenapa si Tiger rada dicuekin kemarin..