Sabtu, 01 Desember 2012

Kerja Sesuai Hobi

Mimpi gw adalah bisa kerja sesuai hobi; gw ngerjain sesuatu yang jadi hobi gw dan ngedapetin bayaran dari situ. Berhubung rasanya susah nyari orang yang mau bayar gw tidur siang, sepertinya gw harus mengandalkan hobi yang satu lagi yaitu otomotif. Untuk saat ini sepertinya itu masih cuma sekedar angan-angan karena gw masih terjebak dalam rutinitas pekerjaan gw sekarang tapi beberapa hari lalu gw sempat mengecap sedikit nikmatnya mimpi gw ini. Eh.. sebelumnya, sori ya.. Postingan ini ga berbau roda dua. Gw sebenernya cuma pengen cerita kenapa kok Tiger gw ga ada kemajuan.. Alasannya ya bakal dibeberin di bawah ini..

Dari beberapa kali jadi pecandu bengkel bubut di daerah Rajabasa Lampung, gw sempat kenalan sama mas Gatot dan om Maman di sana beberapa bulan lalu. Mereka berdua hobinya maen jip offroad. Jangan heran, di Lampung ini kayaknya yang rame justru offroad. Menyesuaikan medan kali ya? Waktu di tukang bubut kayaknya mas Gatot lagi ngoprek gardan Jimnynya. Pas kebetulan lagi bawa mobil Charmant gw, dia ngeliat mesin gw trus wow sambil bilang "koprol!" saking kagumnya. Dari situ dia tau gw bisa ngerjain wiring mesin injeksi.

Bulan kemarin, pas lagi asik-asiknya ngoprek si Tiger, dapet telpon dari mas Gatot dan ditawarin kerjaan. Wih.. kerjaan apaan tuh? Gw disuruh ke bengkelnya om Maman (gw baru tahu om Maman punya bengkel pas waktu ini) dan disuruh melototin mie yamien kecap kusut ini..

Mie yamien ini dapet bonus bakso urat gede banget.. Nih baksonya..

Jadi intinya om Maman lagi ngeswap mesin Jimny pelanggannya dengan G15A (atau G15B ya? Pokoknya mesinnya distributorless 1500cc SOHC..). Gw diminta beresin kabelnya, ngebuangin yang ga perlu dan bikin wiringnya sampai mesinnya hidup. Wuih tantangan nih.. Gw ga pernah megang mesin Suzuki sebelumnya. Gw jadi tertarik pengen tahu bedanya di mana dengan 4A-GE yang di Charmant gw.

Gw ga langsung menyetujui tawarannya dan minta waktu semalem buat nyari literatur tentang mesin yang bakal diswap. Malemnya gw langsung buang-buang kuota internet untuk nyari manual dan skema wiring G15. Untung aja mesin ini termasuk populer dan emang sering dijadiin bahan swap. Gw nemu banyak dokumen PDF tentang mesin ini, salah satunya di sini. Link yang gw kasih barusan adalah bahan panduan swap G15B punya Baleno luar negeri ke Jimny Sierra. G15B kebetulan speknya mirip dengan mesin gw: pengapian sistem wasted-spark distributorless dengan MAP sensor, bukan AFM. PDF itu sih yang bikin gw pede mau nerima kerjaan ini. Akhirnya besoknya gw setuju buat bantuin bikin wiringnya. Sebenernya gw sempet nawarin untuk sekalian dipasang standalone Megasquirt aja.. tapi setelah ditimbang-timbang, kayaknya malah menggali kubur buat gw sendiri. Kenapa? Ga ada mesin dyno cuy di sini.. Gimana tuningnya? Akhirnya disepakati buat pakai ECU standarnya aja.

Gw bingung mau ngomong apa lagi.. Cerita tentang sensor-sensor di mesinnya aja kali ya? Gw paham sering kali orang udah ngeri duluan kalo ngomongin masalah mesin injeksi. Yang istilahnya sensor injeksi udah jadi momok yang bikin mamak jadi mumuk. Apaan sih.. Sebenernya injeksi itu ga sulit kok. Segala macam sensor-sensor itu dibuat untuk ngemudahin komputer mesin alias ECU untuk nentuin berapa banyak bensin yang diinjeksikan ke mesin dan berapa sudut pengapian yang diperluin.. Misalnya nih..

CKP adalah singkatan dari Crankshaft Position. Sensor ini fungsinya menentukan sudut putaran kruk as. Dari sensor ini, komputer bisa tahu kapan tiap silinder sedang berada dalam posisi TMA. Gunanya? Salah satu contohnya adalah untuk menentukan kapan koil harus memantik busi. Lucunya, sensor ini pada dasarnya sama aja dengan pulser di sepeda motor. Kalau sampai rusak dan ga nemu gantinya (atau kemahalan), coba aja diakalin pakai pulser motor. Cari pulser yang dudukannya enak dimodif, kayak punya Yamaha Crypton.

Kadang CKP sensor ditandem dengan CMP sensor seperti di mesin ini.

Dengan adanya CKP dan CMP alias Camshaft Position sensor, komputer juga bisa tahu fase langkah yang sedang dijalani oleh tiap-tiap silinder, entah itu hisap, kompresi, tenaga ataupun buang. Kalau sudah ada CMP sensor, biasanya sih mesinnya tipe injeksi sequential (alias synchronous). Apaan tuh? Sequential injection adalah sistem injeksi yang menyemprotkan tiap injektor secara sendiri-sendiri (tidak berbarengan) sesuai dengan posisi silindernya. Kalau hanya ada CKP tanpa CMP, tipe injeksinya tidak mungkin sequential. Kenapa? Karena komputer tidak punya cukup informasi untuk membaca langkah tiap silinder. Gampangnya, dengan hanya ada CKP, komputer cuma bisa tahu bahwa silinder 1 sedang mendekati posisi TMA.. tapi tidak tahu apakah pada langkah kompresi atau buang. Untuk tahu itu, butuh dibaca pada sudut putaran noken as alias lewat CMP. Ribet ya?

Di gambar di atas ada juga ECT yaitu Engine Coolant Temperature sensor. Dari namanya sudah jelas, fungsinya untuk membaca suhu air radiator. Ini yang jadi sensor utama buat komputer untuk memperkaya campuran bensin waktu start mesin dalam kondisi dingin. Inget dong yang namanya cuk alias choke karbu? Cuk itu kan fungsinya menghambat aliran udara sehingga campuran bensinnya lebih gemuk alias kaya. Hal ini mencegah mesin gampang mati waktu start pagi-pagi. Nah prinsipnya mirip dengan itu..

Mesin yang gw garap sistem pengapiannya distributorless dengan koil wasted spark. Lho kok tau? Cek lagi gambar di atas, bisa dilihat ada dua pasang koil. Kabel busi yang keluar dari koil pertama ngarah ke silinder 1 dan 4 sedangkan yang dari koil kedua ngarah ke silinder 2 dan 3. Kalau ECU mengirim sinyal picu ke koil pertama, busi di silinder 1 dan 4 akan hidup bersamaan. Lho kok begitu? Itu yang namanya wasted spark alias "percikan sia-sia". Piston di silinder 1 dan 4 kan gerak naik turunnya bersamaan, hanya saja kalau silinder 1 lagi langkah kompresi, silinder 4 berarti lagi langkah buang. Busi 1 dan 4 pun hidup bersamaan. Busi 1 akan membakar campuran bensin saat silinder 1 sedang kompresi dan busi 4 tidak akan membakar apa-apa karena isinya cuma gas buang alias terbuang alias sia-sia alias "wasted".

Udah bosen belum? Lanjut ya ke gambar di bawah ini..

Di bagian bawah ada ISC atau Idle Speed Controller. Bagian ini pada dasarnya mirip seperti solenoid idle up untuk AC mobil dan fungsinya untuk menjaga kestabilan langsam mesin. Di dalam ISC ada klep elektromagnet yang bukaannya diatur oleh ECU. Kebetulan untuk G15A yang gw pegang ini tipenya PWM alias Pulse Width Modulation. ISC tipe PWM bekerja dengan pulsa-pulsa pendek yang dikirim dari ECU. Semakin lebar pulsa yang dikirim ECU, klep ISCnya semakin terbuka lebar yang memungkinkan udara yang lewat lebih banyak dan efeknya akan menaikkan putaran langsam. Sebaliknya, semakin singkat pulsa yang dikirim, putaran langsam akan menurun. Prinsip kerjanya berbeda dengan Fast Idle Solenoid atau Idle Up Valve yang cuma sekedar buka saat on dan menutup saat off, tidak ada posisi setengah terbuka, seperempat menutup, dll.

Di atas ISC ada TP sensor atau Throttle Position Sensor (TPS) yang tugasnya membaca sudut bukaan skep gas. Keluaran TPS menjadi salah satu patokan bagi ECU untuk menentukan banyaknya bensin yang diinjeksikan. TPS pada dasarnya adalah potensiometer (variabel resistor) yang tersambung ke koin skep. Yang dibaca oleh ECU adalah keluaran pembagi tegangan si potensiometer.

Pada gambar di atas terlihat braket dudukan MAP Sensor atau Manifold Absolute Pressure sensor. Sensornya ke mana? Masih nempel di wiringnya, lupa difoto euy.. MAP sensor fungsinya membaca tekanan udara di dalam intake manifold yang menjadi parameter utama tingkat beban mesin. Mesin yang beban kerjanya rendah (low load) akan punya tekanan vakum yang tinggi, seperti di saat langsam sedangkan mesin yang sedang bekerja berat (high load), tekanan manifoldnya akan semakin mendekati tekanan atmosfer (menjauhi vakum). Tekanan ini berkaitan langsung dengan banyaknya bensin yang diinjeksikan juga. Pokoknya ada kaitan dengan formula jaman SMA yang P.V = n.R.T buat yang inget.. Sori ya ga gw jelasin panjang lebar.. Bisa jadi skripsi nih postingan ini kalo diterusin. Oh iya, sedikit saran nih.. Kalo beli mesin bekas, usahain jangan yang pake Air Flow Meter alias AFM ya. Cari yang pake MAP Sensor aja.. Lebih handal dan jarang rusak karena ga ada gerakan mekanisnya.

Selain MAP, terlihat juga ada EVAP Purge Valve. Ini bagian dari sistem emisi kendaraan yang intinya mencegah uap bensin dari tangki bensin terlepas ke udara bebas. Mobil offroad masa mikirin emisi?! Makanya EVAP Purge Valve ini gw buang dan jalur vakumnya gw sumbat.

Gambar sensor terakhir nih, janji deh..

Yang di atas itu namanya sensor O2 alias Oksigen. Fungsinya membaca kadar gas oksigen di dalam asap buang mesin. Teorinya sih kalau campuran bensin terlalu irit, ga semua oksigen yang masuk ke silinder bakal terbakar jadi masih ada yang lolos ke knalpot. Semakin banyak oksigen yang tidak terbakar berarti campuran bensinnya menjadi terlalu kering alias irit. Campuran yang terlalu kering pada dasarnya ga bagus mesin karena bakal bikin rentan ngelitik dan panas. Output dari si O2 sensor jadi masukan juga buat ECU untuk menentukan jumlah bensin yang diinjeksikan. Kalau terdeteksi campurannya terlalu kering, ECU bakal buru-buru memerintahkan injektor untuk menambahkan jumlah bensin yang disemprot.

Proses kerja gw bikin wiringnya mirip waktu bikin wiring EFI untuk si Tiger. Gw comotin seluruh konektor-konektor sensor yang diperluin dan gw colokin ke sensor-sensornya. Setelah itu kabelnya gw rapihin dan diikat jadi satu, kalau kepanjangan gw potong dan kalau kependekan gw potong juga. Hahaha.. ga deng, makin pendek dong. Kalo kependekan disambung lah.. Contohnya kayak gambar di bawah ini..

Bisa terlihat kabelnya gw kumpulin jadi satu dan gw urai. Berhubung ini mobil offroad yang bakal rajin berkubang di lumpur, ECUnya ditaruh di atap tengah supaya ga gampang kerendam. Kelihatan kan kalau kabelnya kurang pendek? Hampir semua kabel perlu gw panjangin supaya bisa mencapai ECUnya yang di atap.


Nih gambar posisi ECU-nya..

Relay-relaynya ditaruh di bawah dasbor kiri, di atas kaki navigatornya.

Gambar-gambar di atas gw ambil waktu baru kelar bikin wiringnya, jadi kabel-kabelnya masih seliweran belum dibungkus spiral. Sengaja karena gw perlu coba starter mesinnya dulu sebelum gw rapihin. Lumayan menegangkan juga sih pas mau coba hidupin mesinnya.. Rasanya beda dibandingin waktu ngoprek mesin gw sendiri soalnya kalau sampe ECU kebakar, ganti dooong. Hehe.. tapi sepertinya gw beruntung..

Di video di atas sempat ada masalah langsamnya terlalu tinggi tapi setelah ISC-nya dibongkar dan disemprot cairan pembersih sampai ga seret, langsamnya langsung normal. Namanya juga mesin bekas..

Buat yang penasaran bentuk Jimnynya, monggo.. Sangar ya? Radiatornya mana? Di belakang..

Total waktu gw untuk ngerjain mobil ini adalah seminggu, itupun gw sambi dengan kerjaan utama gw. Untung aja bengkelnya biasa kerja ampe malam jadi masalah penerangan cukup memadai untuk ngelembur. Nikmat bener ditimpuk duit segepok dari ngerjain hobi gw.. Akhir jelas ya guys kenapa si Tiger rada dicuekin kemarin..

2 komentar:

  1. oooooo jadi ini to yg bikin sang begawan injeksi ga update blog?? ya ya ya,sipppppp mas keren banget

    BalasHapus
  2. kalo keja sesuai hobi jelas bisa total bekerjanya,kalo kerja ga sesuai hobi masih 50-50,saya contohnya hobi microcontroller programming kerja di bengkel (jadi tukang sapu),hehehehehehehehehehehehehehehehehehehe sing penting halal

    BalasHapus