Kamis, 28 Juni 2012

Memicu CDI Tiger dengan Megasquirt

(Posting ini adalah terjemahan dari posting berbahasa Inggris yang dipublikasikan pada 23 Juni 2012 di blog gw yang lain, charmant4age.blogspot.com)

Gw dihadapkan dua pilihan dalam hal pengapian untuk konversi EFI ini: CDI atau igniter. Secara pribadi sebenarnya gw lebih memilih pakai igniter atau pengapian induktif karena energi sparknya lebih besar. Lagipula, gw masih ada igniter dan koil 4A-GE gw nganggur sejak gw konversi Charmant gw ke EDIS tahun kemarin. Masalahnya, gw sedikit khawatir mengenai konsumsi daya sistem induktif. Gw ga yakin setelah gw pasang fuel pump, sensor oksigen, injektor dan ECU, alternatornya masih punya cukup daya untuk mengisi aki dan mencatu sistem induktif. Gw bahkan lagi mempertimbangkan untuk ngubah semua lampu-lampu pakai LED untuk lebih menghemat daya. Oleh karena itu, gw mau coba dulu pakai cara CDI.

Kalau gw bisa berhasil memicu CDI standar dengan Megasquirt, kerja alternatornya bakal lebih ringan. Tidak seperti CDI DC yang dicatu oleh aki dan alternator, Honda Tiger memakai CDI AC yang disuplai daya dari koil pengisian terpisah. Hal ini berarti CDInya akan tetap bekerja walaupun tidak ada aki dan alternator.

Ada dua masalah kalau gw mau pake CDI standar untuk Megasquirt. Pertama, CDI Tiger dipicu oleh pulser (pulse generator) yang pada dasarnya adalah VR sensor di dalam tutup mesin sebelah kiri yang artinya CDI bekerja dengan gelombang sinus (analog). Kalau gw pengen CDInya bisa dipicu oleh Megasquirt, gw harus cari cara supaya CDI tersebut bisa dipicu oleh gelombang digital. Masalah lainnya adalah timing pengapian sudah diatur langsung oleh CDI Gimana gw bisa ngatur timingnya dari Megasquirt kalo CDInya udah ngatur? CDI standar Tiger akan mengatur timing pada 10 derajat sebelum TMA pada saat langsam (sekitar 1400 RPM) dan secara perlahan memajukan derajat pengapian hingga 32 derajat sebelum TMA pada 5000 RPM. Supaya bisa gw atur langsung dari Megasquirt, gw harus membypass sistem yang mengatur pengapian pada CDI tersebut.

Kedua masalah yang gw sebut di atas perlu membongkar CDInya supaya bisa diatasi. Ini berarti membuka casing CDInya sampai bisa melihat komponen elektronik di dalamnya. Untuk bereksperimen, gw beli satu lagi CDI Honda Tiger.

Setelah berjam-jam susah payah.. gw cuma ngebuka sampe segini. Pabriknya bener-bener memastikan bahwa CDI mereka ga bisa dibongkar buat dicontek. Komponennya ditutup resin cor yang keras banget.

Untungnya, bagian solderan di bawah PCBnya masih bisa diakses setelah lapisan resinnya gw congkel pakai pisau secara perlahan.

Sebelum gw jelasin ubahan apa yang gw lakukan terhadap modul CDInya, gw mau berbagi sedikit hasil penelitian gw di internet tentang sistem CDI terutama CDI AC di motor kayak punya gw. Kalo gw perhatikan, CDI AC punya diagram blok sebagai berikut:
Gw tidak akan membahas secara detil fungsi dari masing-masing blok. Cukup banyak info tentang itu di internet untuk lo pelajari sendiri. Gw cuma pengen menunjukkan bahwa gw perlu mem-bypass bagian Time Delay dan Trigger Signal Conditioning supaya gw bisa memicu SCRnya dari Megasquirt secara langsung. Time Delay adalah bagian yang mengatur timing pengapian. Biasanya berbentuk rangkaian RC (resistor-kapasitor) yang menunda pulsa input sebelum mencapai tegangan picu SCR. Trigger Signal Conditioning terkadang dihilangkan tapi fungsinya adalah untuk pengendalian pengapian yang lebih presisi. Kalau sudah pakai Megasquirt, Trigger Signal Conditioning tidak lagi diperlukan karena keluaran MS sudah berupa gelombang blok yang minim gangguan. Perlu gw ingetin, gw tidak terlalu jago dalam hal menganalisa rangkaian elektronik jadi jangan terlalu percaya kata-kata gw. Hahaha..

Jadi, dengan modal ilmu secukupnya di atas, gw berhasil mengidentifikasi dan menebak beberapa komponen modul CDInya dari bawah dan melakukan ubahan sebagai berikut.
Dengan kabel jumper, gw menghubungkan langsung input pulser ke kaki SCR. Gw sengaja memanfaatkan resistor 470 ohm yang sudah ada supaya lebih aman dan memutuskan jalur yang menuju ke kapasitor. Kalau semua berjalan sesuai rencana, harusnya sih CDI ini sudah bisa dikendalikan langsung oleh Megasquirt.

Oh iya, gw juga dapet saran dari Nauval dari website staidbands.com, untuk ngasih resistor 10k dan kapasitor 100nF di antara jalur input setelah resistor 470 ohm dan ground. Maksudnya cuma untuk memantapkan tegangan dan menambah stabilitas di putaran tinggi. Tidak terlalu krusial tapi bagus juga untuk diterapkan.

Rabu, 27 Juni 2012

Modifikasi MiniMS Sebagai ECU Motor

(Posting ini adalah terjemahan dari posting berbahasa Inggris yang dipublikasikan pada tanggal 21 Juni 2012 di blog gw yang lain, charmant4age.blogspot.com)
Otak dari sistem EFI untuk motor Tiger gw adalah ECU MiniMegasquirt yang gw dapet dari lelang Ebay tahun lalu. Mengutip dari websitenya, MiniMS adalah Fuel Injection Controller yang bersifat DIY dan didasarkan skema Megasquirt V2.2 dengan dikombinasikan relay-relay dan konektor khusus otomotif dan diletakkan dalam kotak yang kedap air. Desain ini cocok untuk yang membutuh ECU Megasquirt yang kompak dan ringkas.

Perhatikan tiga kotak hitam dekat konektornya. Kotak-kotak itu adalah relay on-board. Ini yang gw demen dari Mini MS karena wiringnya jadi rapi dan tidak ada relay yang harus disambung di luar. Bahkan sekringnya juga ada di dalam.
Berhubung MiniMS didesain berdasarkan skematik V2.2, ada spek skematik tersebut yang kebawa juga ke MiniMS dan perlu gw ubah karena tidak begitu cocok untuk aplikasi ke motor satu silinder kayak Tiger gw.
Pertama, MiniMS menggunakan MAP sensor on-board MPX4250. Hal ini berarti gw perlu ngebor kotak casingnya untuk jalur selang vakum ke MAP sensor tersebut. Kurang rapi ya kesannya? Lagian Throttle Body Vixion udah punya MAP sensor sendiri yang rencananya bakal gw pake. Dari sini muncul masalah.. konektor yang dipake MiniMS adalah konektor AMPseal 23 pin yang kedap cuaca dan pin-pin tersebut udah kepake semua. Ga ada yang bisa gw pake sebagai jalur sinyal MAP sensor Vixion. Untungnya, masih ada solusi. Pin 18 yang seharusnya dipakai untuk cadar kabel dari kaki negatif koil sebagai pengurang interferensi, bisa gw manfaatin. Berhubung gw akan pakai VR conditioner LM1815 secara eksternal, pin ini jadi tidak digunakan. Di PCBnya sendiri, pin ini tidak terhubung ke mana2 jadi gw bisa bikin jumper dari pin ini ke lubang input sinyal MAP sensor on-boardnya. Gw bikin jumpernya dari R2 (cek skematik MS v2.2) ke pin 18. Untuk tegangan acuan 5V-nya bisa dipakai untuk yang ke TPS (pin 5).
MS v2.2 tidak didesain untuk mengendalikan timing pengapian kecuali dilakukan sedikit perubahan. Sehubungan dengan itu, gw perlu nyari satu pin lagi untuk output pengapian dari ECU. Gw pilih untuk pakai pin 23 yang harusnya untuk Injector Bank kedua. Tiger gw cuma akan pakai satu injektor makanya Injector Bank yang kedua ga akan gw pake. Ubahannya simpel, gw cuma perlu ngelepas Q7 (Power MOSFET IRFZ34) dan ngejumper dari katoda LED D17 ke pin 23. Gw perlu bikin pullup 5V juga ke pin 23 dengan pakai resistor 1kOhm. Tegangan 5V-nya gw ambil dari C3 yang seharusnya untuk MAP sensor on-board (yang udah gw lepas juga). Kemudian R17 gw konek ke ground supaya output MC34151-nya tidak floating. Cara ini sepertinya bisa langsung men-trigger CDI standarnya tapi CDInya sendiri perlu di-bypass supaya gw bisa men-trigger SCR internalnya secara langsung. Akhirnya, berhubung pin 9 tidak lagi dipakai untuk suplai ke injektor, pin ini bisa gw manfaatin untuk catu daya ke LM1815 dan pemanas sensor oksigen.
Terakhir gw pasang tombol tekan momentary ke pin-pin bootloader jumper. Sebenernya ini ga terlalu diperlukan apalagi kalo elo tidak akan flashing CPU-nya sering-sering tapi berhubung ini masih proyek eksperimen, rasanya bakal bermanfaat buat gw.
Di bawah ini bisa dilihat jumper-jumpernya dan switchnya dipasang ke casing. Perhatikan bahwa Q7 masih belum gw cabut dan keluaran pengapiannya belum gw konek ke pin AMPseal. Bisa dilihat juga resistor pullup 1k-nya dan jumper dari input MAP sensor ke pin 18.
 

Sedikit catatan tentang pemakaian VR Conditioner LM1815 secara eksternal. Gw tidak ngikutin metode dari yang menghubungkan output conditionernya ke pin 6 dari optoisolator 4N25 (basis NPN transistornya). Gw akan menghubungkan outputnya ke pin 4 AMPseal (input negatif koil pengapian) yang nantikan akan dihubungkan ke pin 1 4N25 (anoda LED internalnya) melalui R10 (390 ohm) sementara D5 dan D8 akan dijumper. Cara ini udah gw pake sebelumnya di mesin 4A-GE sebelum gw konversi ke EDIS. Lagian, cara ini masih mempertahankan prinsip optoisolatornya karena gw tidak konek langsung ke input CPUnya, jadi lebih aman.
Diagram di bawah menunjukkan ubahan yang gw lakukan.
 

 
Dengan segala perubahan di atas, berikut adalah pinout AMPsealnya.
1. Injektor 1 +12v
2. Output pompa bensin +12v
3. DB9 pin 2  RS-232 data T1 out
4. Terminal (-) Koil ---> INPUT dari LM1815N
5. TPS +5v ---> di-share dengan MAP sensor
6. Output ke FID +12v
7. Sinyal TPS
8. Sensor CLT (Sensor temperatur air radiator)
9. Injektor 2  +12v ---> Catu daya ke LM1815N dan pemanas sensor Oksigen
10. DB9 pin 3  RS-232 data R1 in
11. DB9 pin 1  +5v
12. Ground
13. Ground
14. Sensor Oksigen
15. Sensor Temperatur Udara
16. +12v dari Aki langsung (selalu on)
17. +12v dari kunci kontak
18. Kabel cadar untuk kabel (-) dari koil ---> Input MAP sensor
19. Ground
20. Ground
21. Ground
22. Injektor 1 -
23. Injektor 2 - ---> Output pengapian ke igniter atau CDI

Spek dan Pinout Part EFI Yamaha Vixion

(Posting ini adalah terjemahan dari posting berbahasa Inggris yang dipublikasikan pada tanggal 12 Juni 2012 di blog gw yang lain, charmant4age.blogspot.com)

Baru aja kekumpul nih part Yamaha Vixion yang gw bakal pake untuk konversi ke EFI. Cepet juga, ternyata cuma butuh 2 minggu. Penting banget untuk tahu spek dan pinout dari tiap part karena bakal gw butuhin untuk wiring nantinya dan juga untuk dikonfigurasi ke Megasquirt. Jadi gw banyakin searching di internet, nyontek ke manualnya dan juga gw ukur sendiri partnya pake multimeter.

Berikut adalah spek2 yang berhasil gw kumpulin.

Throttle Body Assy
TB assy Vixion dibuat oleh Mikuni dan di situ bisa ditemukan:

- Intake Absolute Pressure sensor (IAP) - sensor tekanan udara intake
- Intake Air Temperature sensor (IAT) - sensor temperatur udara
- Throttle Position Sensor (TPS) - sensor bukaan katup gas
- Fast Idle Solenoid Valve (FID) - solenoid langsam tinggi, efeknya mirip choke kalo lagi aktif

Diameter katup TBnya 28mm dan ini kabar baik karena diameter venturi Tiger cuma 26mm. Hasilnya nanti jadi kayak upgrade ke karbu sejuta umat, PE28. Menilai dari "daging" yang ada di inlet TB-nya, rasanya masih aman untuk direamer sampe 30mm. Malah gw pernah baca ada yang bisa sampe 32mm.
FID berada di rumah terpisah dari sensor-sensornya, yaitu di bagian hitam teratas dari gambar di atas. TPS, IAT dan MAP bisa ditemukan di bagian yang bawah dan ketiganya membentuk Modulated Air Quantity Sensor (MAQS). Pikir-pikir deh kalo mau ngelepas modul MAQSnya.. Takutnya perlu setel ulang katup TBnya. Gambar ini adalah contoh TB tanpa modul MAQS dan FID.

Fast Idle Solenoid Valve
FID memiliki dua buat pin dan tidak masalah bagaimana konekinnya ke ECU, selama salah satu pin mendapat positif 12v dan satunya lagi massa. Gw belum terlalu yakin tapi kayaknya sih ini tipe yang on-off biasa, bukan yang pake PWM (pulse width modulation).
Sekrup setelan udara langsam bisa ditemukan di sisi lainnya dari TB. Plan awal gw sekarang cuma mau pake FIDnya untuk warm up enrichment (pemanasan mesin di pagi hari), mungkin pake switch manual biasa atau pakai settingan B&G On-Off di Megasquirt. Dengan demikian, seperti halnya choke pada karburator, FID hanya aktif saat mesin dingin. Pada kondisi normal, resistansi di antara kedua pin harus berkisar antara 31.5-38.5 ohm. Punya gw 35.7 ohm jadi amaaan..

Intake Air Pressure Sensor
Sensor tekanan udara intake atau MAP (manifold absolute pressure) sensor bisa ditemukan di dalam modul MAQS. Modul MAQS memiliki 5 pin berlabel V, T, G, M dan A seperti ditunjukkan di bawah.
V adalah tegangan input 5 volt sebagai referensi TPS dan MAP sementara G adalah pin ground untuk semua sensor. Output MAP sensor di pin M. Pin M akan mengeluarkan tegangan 0.789 volt pada 20 kPa dan 4.000 volt pada 101.32 kPa. Dengan adanya dua pasang nilai pemetaan V vs kPa, maka file kpafactor untuk Megasquirt sudah bisa dibuat.

Berikut adalah diagram internal modul MAQS.

Throttle Position Sensor
Output TPS ada di pin T yang akan mengeluarkan 0.63-0.73 V pada kondisi katup tertutup.

Intake Air Temperature Sensor
Tahanan IAT sensor ada di antara pin G dan A. Sayangnya, buku manual Yamaha Vixion cuma nyebutin kalo ukurannya berkisar 5.7-6.4 kOhm tanpa ada keterangan suhunya. Makin aneh lagi karena gw dapetnya 1.78 kOhm pada suhu ruangan. Kayaknya harus gw ukur sendiri nih untuk dapetin angka input software Easytherm. Lumayan bikin repot karena gw ga bisa copot sensornya dari TB. Mungkin bisa gw coba masukin ke kulkas selama 30 menit barengan dengan thermometer.

Cuma sebelum gw repot-repot ngukur sendiri, gw coba googling dan nemu buku manual skuter Yamaha XF50 yang spek sensornya adalah 5.7-6.3 kOhm pada 20 derajat Celcius. Kemudian ada juga manual Yamaha YP250 yang spek sensornya 2.21-2.69 kOhm pada suhu yang sama. Kalo gw harus milih, gw akan ambil spek YP250 karena lebih deket dengan pengukuran gw sendiri.

Patut dicurigai juga kalau manual Yamaha Vixion yang gw pake sebagai acuan mungkin udah kurang update. Gw dapet manualnya dari website Yamaha lokal dan di situ ada katalog part juga. Waktu gw coba order dengan part number yang gw temuin di katalognya, gw diinfoin orang Yamaha kalau beberapa part mengalami perubahan part number. Salah satu yang berubah adalah part Throttle Body Assy jadi mungkin IAT sensornya ikutan berubah spek.

Oh iya, gw coba googling lagi dengan keyword "2.21-2.69 Air Sensor" dan nemu lebih banyak lagi info yang bisa gw pake buat input Easytherm!
> -20 deg C = 13.6 - 18.4 kOhm
> 20 deg C = 2.21 - 2.69 kOhm
> 60 deg C = 0.49 - 0.67 kOhm
> 80 deg C = 0.29 - 0.35 kOhm
Kayaknya gw udah bener. Posting ini tentang Yamaha WR35X nyebutin kalau sensornya seharusnya berkisar 10 kOhm pada suhu 0 nol derajat Celcius.

Coolant Temperature Sensor
Sensor suhu air radiator yang dipakai Vixion lumayan mirip dengan yang dipake di mesin 4A-GE Charmant gw.
Di bodinya ada tulisan 3P20 and 179700-0480.

Sensornya memiliki 2 pin dan tidak masalah bagaimana cara konekinnya ke ECU. Manualnya nyebutin speknya 310-326 ohm pada 80 derajat Celcius.

Gw coba googling dengan memanfaatkan kode yang ada di bodinya dan berhasil nemuin spek lebih banyak lagi dari manual Yamaha YP125.
> 2.32 - 2.59 kOhms pada 20 deg
> 0.310 - 0.326 kOhms pada 80 deg
> 0.1399 - 0.1435 kOhms pada 100 deg Celcius
Sip deh.. udah ada tiga pemetaan Ohm vs Celcius yang bisa gw pake buat input Easytherm. Kalo gw coba ukur sendiri, gw dapet 1.54 kOhm pada suhu ruangan. Sepertinya udah bener ya?

Fuel Injector

Injektor ini punya 6 lubang dengan kode 3C11 di bodinya. 3C11 kayaknya kode Yamaha untuk Vixion. Sayangnya, gw cuma bisa ngasitau kalau tahanan di antara pinnya adalah 12.5 ohm dan artinya ini injektor high-impendance (saturated). Terserah elo gimana nyambungin pinnya ke ECU karena bolak-balik tidak pengaruh.

Gw masih nyari ukuran debit bensinnya tapi mungkin ada di sekitar 100 cc/menit. Kalau gw masukin angka tersebut ke kalkulator ini, injektornya cukup untuk 15hp dan itu mendekati angka spek output data Vixion. Ukurannya sebenernya udah hampir ga cukup buat Tiger yang 16.2 hp. Yang jelas kalau Tiger gw dikorek, bakal butuh upgrade injektor.(edit 31-10-12: menurut tabloid OTOPlus, flownya 125 cc/menit. Dengan catatan, fuel pressurenya masih standar Vixion)

Fuel Pump
Pompa bensin Vixion tipenya internal dengan fuel pressure regulator (FPR) terintegrasi yang akan menjaga tekanan bensinnya stabil di 250 kPa (36.5 psi), sedikit lebih rendah dari tekanan yang umumnya dipakai kendaraan roda empat (300 kPa/43 psi). Supaya tidak gampang lepas, FPRnya ditahan dengan klip plastik warna hitam. Pelampung bensinnya juga terintegrasi dengan fuel pump assemblynya.

Di fuel pumpnya ada empat pin dengan pinout sbb:

Tangkai pelampung bensinnya tersambung ke resistor variable (potensiometer) yang mengeluarkan 7.4 ohm saat bensin penuh dan 95.1 ohm saat kosong di antara pin "float". Spek manualnya menyebutkan 4.0 - 10.0 @ 20deg C saat penuh and 90.0 - 100.0 @ 20deg C saat kosong.

Unit FPRnya bisa dicopot setelah klip plastik hitamnya dicabut. Berikut adalah unit FPTnya. Di bodinya ada kode A3H1I6. Dari bentuknya sih kayaknya ga bisa dipakai secara eksternal alias harus di dalam tangki.

Lubang ini adalah tempat FPR bersemayam. Lo bisa liat ada dua o-ring karet untuk menahan FPR supaya bensinnya tidak bocor.

Kalau pompa bensinnya elektriknya sendiri sepertinya bisa digunakan di luar tangki. Inletnya ada di sisi berlainan dengan outletnya. Di bodinya ada tulisan sbb:
1100-00782
11082906 C1
Made in China

Terakhir, berikut adalah arah pergerakan bensin di dalam fuel pump assemblynya.

Mulai Keliatan..

(Posting ini adalah terjemahan dari posting berbahasa Inggris yang dipublikasikan pada tanggal 10 Juni 2012 di blog gw yang lain, charmant4age.blogspot.com)

Rada lelet tapi mulai keliatan bentuknya..

Ada yang bisa bantu, kira-kira kalo gw paralel-in VR conditioner LM1815 dengan CDI AC standarnya, bakal ada masalah ga ya?

Barang Imut-imut Untuk Motor Amit-amit

(Posting ini adalah terjemahan dari posting berbahasa Inggris yang dipublikasikan pada tanggal 28 Mei 2012 di blog gw yang lain, charmant4age.blogspot.com)

Baru aja dapet kado dari Jogja berisi part-part Honda CB. Ini dia part-partnya, diperagain oleh model amatir dadakan.

Spidometer CB100.

Lampu rem belakang, model Yamaha Byson.

Kunci kontak.. Ini bakal ditaro di bawah tangki.

Lampu depan utama.

Emblem tangki bensin..

Karet pelindung tangki bensin

Lampu sen

... dan ini foto keseluruhannya. Jok CB-nya juga ada tapi kayaknya gagal kepake karena bakal pake jok custom supaya lebih cocok sama sasis ubahannya.

Gw juga udah memutuskan untuk konversi ke injeksi pake Megasquirt. Yup, akhirnya Honda Tiger GL200 gw bakal jadi motor EFI. Mudah2an gw sukses deh ngerjain konversi ini, belum pernah sih. Barang-barang untuk konversinya udah diorder dan bakal inden selama sekitar sebulan. Gw pake part dari Yamaha Vixion FZ150 seperti throttle body, injektor dan pompa bensin. Debit bensinnya mungkin sedikit kekecilan karena Vixion itu 150cc sedangkan Tiger gw 200cc tapi itu masalah belakangan.

Hub Roda dan Preview

(Posting ini adalah terjemahan dari posting berbahasa Inggris yang dipublikasikan pada tanggal 24 April 2012 di blog gw yang lain, charmant4age.blogspot.com)

Gw baru aja terima kiriman hub roda lama gw hari ini sejak dikirim bokap Jumat lalu. Setelah gw terima, gw langsung cabut ke bengkel dan dapet pemandangan ini.


Baru nyadar, gw kan demen mainan solder dan ngutak-ngatik elektronik. Rasanya gw perlu ngingetin builder gw untuk bikin tempat di bawah jok untuk kotak elektronik.

Ini hubnya, nantinya bakal dicat hitam. Btw, mekanik sini nyebutnya apa sih? Kalo dibilang teromol kok kurang cocok juga ya.. Atau nap roda ya?

Project Two-Wheeler Dimulai!

(Posting ini adalah terjemahan dari posting berbahasa Inggris yang dipublikasikan pada tanggal 21 April 2012 di blog gw yang lain, charmant4age.blogspot.com)

Belakangan ini gw lagi nyari bengkel modif yang bisa gw percaya untuk ngebangun motor gw. Honda GL200 gw, yang biasa disebut "Tiger" di sini, udah nemenin gw sejak 2005. Banyak kenangan indah gw dapetin bareng motor ini dan sayang rasanya kalo gw akhirnya dijual. Lagian, lebih adil rasanya kalo gw kasih motor ini perhatian yang sama dengan The Dog kan?

Baru-baru ini gw ngeliat Honda CB125 yang ganteng abis waktu belanja di mini-mart. Gw kenalan ama yang punya dan ternyata dia bangun motornya sendiri di bengkelnya. Ngeliat detil dan kualitas pengerjaannya, kayaknya pencarian gw udah berakhir. Berikut adalah beberapa contoh hasil kerjaan bengkel itu.



Target gw adalah menjaga proyek sampingan ini sesimpel mungkin dengan bajet yang masuk akal. "Masuk Akal" kayaknya kurang tegas ya? Sesuatu yang masuk akal bisa aja jadi absurd beberapa bulan lagi dari sekarang, kayak yang gw alami waktu ngebangun The Dog. Begitu juga sebaliknya, sesuatu yang menurut gw sekarang kemahalan, bisa aja jadi murah minggu depan. Semua tergantung mood dan dompet gw. Makanya gw bilang "masuk akal" itu kurang tegas. Gimanapun, proyek ini targetnya selesai dalam 1-2 bulan dan hasilnya harus nyaman dikendarai harian. Hal ini berarti ngutak-ngatik mesin udah di luar batas proyek ini.


Gambar di atas adalah preview barang-barang yang bakal nempel di motor gw. Mulai dari kiri atas, ada velg alumunium Champ ukuran 17 x 3.50. Kemudian ada swing-arm bulat Suzuki Thunder 125, sok belakang Yamaha RX-King dan knalpot Honda GL Pro Neo Tech. Masih ada lagi tapi ga keliatan di gambar: ban Mizzle 120-80 R17 M800. Belanja barang-barang ini bikin gw mikir kalo part-part motor itu murah banget! Yah setidaknya kalo dibandingin dengan duit yang gw keluarin kalo gw beli barang Charmant gw sih..


Gw cukup beruntung karena bengkel modifnya punya tangki Honda CB100 di atas. Ukurannya pas untuk aliran yang bakal gw ikutin. Tutup bensinnya yang rada miring old skool banget ya? Ngeliat barang-barang di atas, pasti sebagian dari elo udah bisa nebak gw bakal ngambil aliran apa. Buat yang gagal nebak, nih gw kasih bocoran..




Keren ga? Itu "Inari", CB100 hasil modifan Deus ex Machina di Bali yang terkenal. Gw ga bakalan ngikutin persis kayak gitu tapi ga bakal beda jauh juga.

Perkenalkan Si GL200

Gw tokoh utama blog ini. Gw dilahirkan tahun '97 dan termasuk salah satu generasi awal motor sport cruiser ber-cc besar di Indonesia. Sebagai seekor Honda GL200 alias Tiger, mesin satu silinder gw memiliki kapasitas 200 cc berkarbu skep tunggal dengan venturi 26mm. Gw diberikan sebagai hadiah ke pemilik gw sekarang, Edo, oleh bokapnya sebagai hadiah lulus kuliah. Sebelum ada gw, si Edo naik kakak seperguruan gw, Honda Grand Astrea tahun '94, buat kuliah.

Sejak dipegang si Edo, udah beberapa kali gw ganti tampilan.. Pertama kali gw inget bagian buntut gw diganti ke model tahun 2003 setelah sebelumnya lampu kotak gw dianggap terlalu jadul (padahal keren juga ya kalo dipikir2? retrooo..). Gw udah lupa kapan gw ganti buntut.. Mungkin saat awal-awal gw dipegang si Edo tahun 2005-2006.

Setelah itu, berhubung si Edo udah kesel gw kerjain dengan ban dalam bocor, kaki-kaki gw diganti pake velg racing palang 6. Sengaja si Edo pasangin ban tubeless supaya ga jadi langganan insinyur lulusan ITB (Institut Tambal Ban) deket rumah dia. Aki gw juga diganti sama yang tipe MF. Ini juga sekitar tahun 2005-2006.

Kemudian, sekitar tahun 2009 gw diimpor ke Bandar Lampung buat nemenin si Edo kerja. Sampai saat ini gw masih bareng dia di Bandar Lampung. Di sini, kaki-kaki gw sempet diupgrade pake sok upsidedown Aprilia yang dibeli murah oleh Edo secara online. Yah, sialnya ternyata as soknya udah rada baret jadinya olinya rembes trus meskipun udah diganti silnya. Nasib..

Saat ini gw lagi berganti tampilan setelah sekian tahun gw dibiarin aja sama pemilik gw. Keasikan sama mainan baru tuh dia, mobil Charmant buluk yang malah lebih tua lagi daripada gw. Untung aja si Edo masih inget sama gw. Akhirnya setelah si Charmant udah nyaris selesai, gw kebagian giliran dibikin lebih muda dan ganteng. Bukan hanya itu, mesin gw pun akan diubah injeksi.. Beruntung ya gw?

Berikut ini beberapa spek gw..
* P x L x T 1.990 x 742 x 1.035 mm
* Jarak sumbu roda 1.330 mm
* Jarak ke tanah terendah 145 mm
* Bobot 123 kg
* Sasis model berlian
* Rem depan hidrolik cakram, dobel piston
* Rem belakang teromol
* Sok belakang dobel dan bisa disetel
* Kapasitas tangki 13 liter
* 4-tak OHC, pendingin udara
* Piston Diameter x Langkah 63,5 x 62,2 mm
* Volume Silinder 196,9 cc
* Rasio Kompresi 9,0 : 1
* Tenaga Maks 16,4 PS / 8.500 RPM
* Torsi Maks 1,62 kgf.m / 6.500 RPM
* Kapasitas Oli 1 Liter
* Manual Kopling multiplat
* Transmisi 6 speed
* Pola perpindahan gigi 1-N-2-3-4-5-6
* Starter elektrik dan engkol
* Aki 12 V - 7 Ah
* Busi ND X 24 FS - U9 / NGK DP8 EA-9
* Pengapian sistem CDI-AC dan Magneto